GAJI guru honorer atau guru tidak tetap (GTT) terutama yang mengajar di SD diprediksi merupakan yang terendah di dunia. Sebulan rata-rata hanya mendapatkan Rp 150 ribu, bahkan banyak yang kurang dari Rp 100 ribu.
"Untuk kesejahteraan sangat-sangat kurang.
Kita hanya dibayar Rp 150 ribu. Dengan Rp 150 ribu untuk bensin saja
tidak cukup. Apalagi rumah kami jauh dari sekolah," kata Ketua FKGTT
Wanareja, Akhmad Hanif, Senin (7/10).
Dia mengakui, kondisi tersebut sangat
memberatkan seluruh anggotanya. Apalagi bagi yang mendapatkan tunjangan
di bawah rata-rata atau kurang dari Rp 100 ribu. "Untuk standar memang
Rp 150 ribu perbulan. Tapi banyak anggota kami yang mendapatkan kurang
dari itu," katanya.
Guru di salah satu SD negeri di Kecamatan
Wanareja itu menambahkan, selama ini guru honorer bahkan minim perhatian
dari pemerintah. Salah satunya tidak adanya kesempatan bagi mereka
untuk ikut sertifikasi seperti yang diberikan kepada guru di sekolah
swasta.
"Jangankan kesejahteraan. Perhatian kepada kami sangat minim. Ada kesan kami ini hanya pesuruh bagi PNS," katanya
Kondisi tersebut membuat banyak GTT yang
mencari penghasilan tambahan. Bahkan banyak yang menjadi buruh tani
dengan menggarap sawah atau ladang. Tidak sedikit pula yang mencoba
berjualan meski penghasilan tidak menentu.
Bahkan ada anggota GTT yang menjadi tukang
parkir usai mengajar di sekolah. "Kami berusaha mencari tambahan dengan
mencangkul di sawah dan ladang, berjualan apa saja. Bahkan ada yang
jadi tukang parkir," katanya.
Untuk itu, dia menuntut agar Pemkab
Cilacap memberikan perhatian atas nasib mereka. Terlebih lagi mereka
juga ikut berperan dalam pembangunan melalui pendidikan. "Meski
tunjangan kecil, kami tetap ikhlas. Namun kami minta kepada bupati dan
anggota dewan yang duduk di DPR agar bisa mendengar dan melihat nasib
kami sebagai pendidik," tandasnya. (har/sus)
Posting Komentar